Beranda Entrepreneur 7 Kisah Sukses Pendiri Startup Indonesia Yang Inspiratif

7 Kisah Sukses Pendiri Startup Indonesia Yang Inspiratif

2899
4
iman usman, pengusaha muslim yang sukses di Indonesia
iman usman -pendiri startup RuangGuru

Seorang pendiri startup sukses sering digambarkan sebagai seorang genius dan pekerja keras yang mewujudkan kesuksesan mereka dengan bakat alami mereka. Namun, jika anda mengetahui kisah sukses pendiri startup Indonesia anda akan mengetahui bahwa menjadi genius dan pekerja keras saja tidak cukup.

Untuk menjadi seorang pendiri startup yang sukses juga diperlukan kegigihan, timing yang tepat, modal yang cukup, tim yang sempurna dan produk yang diperlukan oleh pasar. Tanpa semua hal tersebut, besar kemungkinan untuk startup mengalami kegagalan. Bahkan, dari penelitian CB Insight 70% startup gagal setelah 18 bulan sejak mereka mendapatkan pendanaan besar pertama mereka.

Dengan fakta tersebut, seorang pendiri startup yang sukses pasti telah melakukan hal-hal yang berbeda dibandingkan pendiri startup yang gagal. Oleh karena itu terdapat banyak hal yang dapat dipelajari dari kisah sukses pendiri startup Indonesia yang telah kami kumpulkan untuk menginspirasi anda.

Tanpa lebih memperpanjang lagi berikut 7 kisah sukses pendiri startup Indonesia.

1. Nadiem Makarim – Gojek

kisah sukses nadiem makarim
kisah sukses nadiem makarim sosok pendiri gojek

Gojek merupakan salah satu startup yang paling sukses di Indonesia. Kesuksesan tersebut terlihat dari pencapaian Gojek menjadi startup Unicorn (sebutan yang diberikan ke startup dengan valuasi lebih dari 1 milyar Dollar Amerika Serikat) yang pertama di Indonesia dan dampaknya yang luas..

Nadiem Makarim adalah sosok dibalik kesuksesan Gojek tersebut. Nadiem merintis Gojek sejak tahun 2010. Saat itu Nadiem dalam kesehariannya terbiasa menggunakan ojek untuk menembus kemacetan di Jakarta.

Karena sering menggunakan jasa ojek, Nadiem akhirnya menjadi sering ngobrol dengan tukang ojek langganannya. Dari hasil obrolan dan pengamatannya, Nadiem mendapatkan kesimpulan bahwa sebagian besar waktu tukang ojek banyak dihabiskan untuk mangkal dan menunggu penumpang. Disisi lain ojek merupakan solusi untuk menembus kemacetan.

Dari situlah Nadiem mempunyai ide untuk membuat call center ojek untuk mempertemukan ojek terpercaya dan penumpang yang membutuhkan jasa ojek. Tidak lama kemudian, Nadiem harus meninggalkan Indonesia untuk bersekolah di program Master of Businesses Administration di Harvard University. Dia pun menyerahkan operasional Gojek kepada co-founder Jurist Tan dan Brian Cu.

Saat Nadiem Makarim kuliah di Harvard Business School tahun 2010, Nadiem melihat bagaimana Uber berkembang pesat. Kesuksesan Uber menjadi pemicu gelombang kemunculan berbagai startup on demand dan ride sharing lainnya.

Trend tersebut juga diperkuat dengan minat investor untuk menanamkan modal di bisnis yang mirip dengan Uber. Pada tahun 2014, Nadiem Makarim mulai mencari investor untuk mengembangkan Go-Jek ketingkat yang lebih tinggi dan akhirnya berhasil menarik NSI Venture untuk berinvestasi di Go-Jek.

Nadiem kemudian melakukan perubahan di internal Go-Jek, mulai mengembangkan aplikasi untuk smartphone dan menambah jumlah driver. Aplikasi Go-Jek sendiri selesai pada akhir tahun 2014 dan diluncurkan pada awal 2015.

Peluncuran aplikasi tersebut menandai awal dari pertumbuhan luar biasa Go-Jek. Pada Juli 2015, aplikasi Go-Jek telah didownload lebih dari 700.000 kali. Dalam bulan Agustus 2015 jumlah download melesat menjadi 3,7 juta dan pada akhir tahun total jumlah download Go-Jek telah menembus angka 10 juta.

Lompat ke tahun 2018 Go-Jek telah berkembang dari 20 driver menjadi lebih dari 1 juta driver yang tersebar di 60 kota di Indonesia dan melayani lebih dari 20 juta pesanan pada Juni 2016.

Saat ini Go-Jek telah berekspansi kebeberapa negara ASEAN diluar Indonesia seperti Singapura dan Vietnam, dan berencana untuk membuka layanan serupa di Thailand. Melalui Go-Jek, Nadiem Makarim telah menjadi salah satu putra bangsa yang mendunia.

 

Sponsored

2. William Tanuwijaya – Tokopedia

william tanuwijaya tokopedia, pengusaha indonesia sukses yang pernah gagal

William Tanuwijaya dikenal oleh masyarakat sebagai Chief Executive Officer dan salah satu pendiri Tokopedia.com. Tokopedia saat ini telah menjadi salah satu pemimpin pasar bisnis Online Marketplace Indonesia dan startup Indonesia kedua yang mendapatkan gelar sebagai Unicorn.

William Tanuwijaya meraih kesuksesan tersebut tidak dengan jalan yang mulus dan mudah. William sendiri berasal dari keluarga yang sederhana di kota Pematang Siantar, Sumatera Utara.

Selama kuliah di Universitas Bina Nusantara (BINUS), William bekerja menjadi penjaga warnet untuk menambah uang saku. Selain itu dia mendapat akses internet gratis yang kemudian memberikan kesempatan kepada William mengenal lebih dalam mengenai internet.

Lulus dari BINUS, William bekerja di beberapa perusahaan software developer dan game developer. William menjadi karyawan swasta selama 10 tahun. Namun, William tidak ingin selamanya menjadi karyawan.

William aktif di berbagai forum online dan di dunia jual beli online. Dia melihat pada tahun 2007 jual beli online banyak dirusak dengan penipuan. Dari masalah tersebut William melihat ada peluang untuk membuat situs jual beli yang aman baik untuk penjual maupun pembeli. William akhirnya bertekad untuk mewujudkan idenya tersebut.

Tetapi jalan William untuk mewujudkan hal tersebut tidaklah mulus. Dia tidak memiliki modal untuk mewujudkan idenya tersebut dan dia menghabiskan 2 tahun untuk mencari modal. Pada waktu itu juga dia menerima begitu banyak penolakan dan diragukan oleh calon investor.

Bahkan, William dikatakan bermimpi terlalu tinggi dan disarankan untuk mengejar sesuatu yang lebih realistis. Namun tekadnya yang kuat tidak melihat hal tersebut sebagai kegagalan dan terus berjuang. Pada akhirnya dia mendapatkan suntikan modal awal dari bos tempatnya bekerja dan terus konsisten berjuang.

Lompat ke tahun 2017, Tokopedia telah menjadi perusahaan eCommerce yang dikenal secara luas dan menjadi perusahaan dengan nilai lebih dari USD 1 milyar setelah mendapatkan pendanaan sebesar USD 1.1 milyar dari Alibaba.

 

3. Achmad Zacky – Bukalapak

achmad zacky, pengusaha sukses indonesia yang pernah gagal

Achmad Zacky dikenal sebagai CEO dan pendiri dari Bukalapak.com yang merupakan salah satu pemain utama eCommerce Indonesia tidak meraih kesuksesan dengan cara yang instan. Sebelum mendirikan Bukalapak, Achmad Zacky pernah mengalami kegagalan dalam berbisnis.

Achmad Zacky pada 10 tahun lalu memulai bisnis mie ayam selagi berkuliah di Institut Teknologi Bandung (ITB). Namun, bisnis tersebut kemudian bangkrut dan harus gulung tikar dalam waktu 6 bulan saja.

Kegagalan tersebut tidak membuatnya kapok menjadi seorang pengusaha. Setelah lulus, Achmad Zacky memilih untuk mendirikan perusahaan jasa konsultasi teknologi bernama Suitmedia. Zaky membuat sebuah website yang menjadi proyek internal perusahaan yang menjadi cikal bakal Bukalapak.

Pada saat itu Achmad Zacky seringkali dipertanyakan oleh teman-teman dan keluarganya karena nekat menjadi pengusaha padahal dia bisa mendapatkan pekerjaan yang bagus dengan gaji yang pasti.

Selain itu, setelah mendirikan Bukalapak ditahun 2010 Achmad Zacky juga seringkali mendapat penolakan dari investor maupun pengusaha UKM yang ditemuinya.

Namun, perjuangannya dan semangat pantang menyerahnya kemudian membuahkan hasil. Sedikit demi sedikit pengusaha UKM mau membuka toko online di Bukalapak dan Batavia Incubator kemudian mau menanamkan uang untuk Bukalapak.

Setelah 7 tahun sejak pendiriannya, Bukalapak telah berkembang menjadi perusahaan eCommerce yang cukup disegani dan dikenal banyak orang. Karena itulah Achmad Zacky merupakan salah satu contoh kisah pengusaha Indonesia sukses yang pernah gagal.

 

4. Ferry Unardi – Traveloka

Ferry Unardi merupakan pendiri Traveloka yang kemudian menjadi pemimpin pasar bisnis online travel agent di Indonesia yang telah diunduh 15 juta kali pada tahun 2017. Sebagai salah satu startup Indonesia tersukses, Traveloka telah menjadi Unicorn ketiga dari Indonesia.

Ferry merupakan lulusan jurusan Computer Science dan Engineering dari Purdue University, Amerika Serikat. Setelah lulus, Ferry bekerja di perusahaan raksasa IT Microsoft, cabang Seattle. Namun setelah 3 tahun bekerja, Ferry berpikir bahwa dirinya sulit menjadi terbaik di Microsoft.

Sejak saat itu, Ferry memutuskan untuk mencari peluang lain. Ferry kemudian pergi ke China untuk melihat apa peluang yang ada di pasar saat itu. Ferry menemukan bahwa industri travel mempunyai prospek menarik. Tetapi dengan background sebagai software engineer, Ferry merasa tidak mempunyai pengalaman dan pengetahuan yang dibutuhkan untuk mendirikan dan membesarkan suatu perusahaan startup.

Ferry akhirnya memutuskan untuk melanjutkan sekolah S2 Master of Business Administration di Harvard Business School. Rencananya adalah untuk menyelesaikan MBA di Harvard sehingga ia akan mendapatkan pengalaman yang diperlukan untuk dapat mengelola perusahaan dengan baik. Namun, setelah hanya satu semester, rencananya harus diubah lagi.

Ferry memutuskan untuk berhenti sekolah dan memulai bisnis online travel agent yang kemudian dikenal sebagai Traveloka. Ferry mengungkapkan alasan dibalik keputusan tersebut dengan kata-kata berikut “Saya ingat ketika semua orang mempertanyakan keputusan saya untuk berhenti, tapi itulah yang harus dilakukan. Berhenti kuliah adalah keputusan yang sangat sulit, baik untuk saya dan co-founder saya karena ia bekerja untuk LinkedIn pada saat itu dan memiliki saham yang belum sepenuhnya diperoleh, tapi saya ingat pernah mengatakan “kita [berusia] 23, kita masih cukup muda untuk melakukan kesalahan” dan bahwa tidak ada waktu yang lebih baik.” .

Pada masa itu memang industri travel booking mulai bertumbuh di Indonesia dan perusahaan seperti Tiket.com baru saja menerima pendanaan. Ferry percaya jika mereka tidak masuk ke pasar pada waktu yang tepat, mereka akan ketinggalan kereta.

Pada awalnya Traveloka bukan merupakan online travel agent seperti saat ini, Traveloka pada iterasi awal merupakan meta search travel dan aggregator penerbangan untuk memudahkan mencari tiket pesawat. Namun, pada perkembangannya pasar menunjukkan permintaan untuk e-ticketing dan pemesanan yang cepat.

Perubahan tersebut membutuhkan transformasi dalam internal Traveloka, dimana sebelumnya hanya mempunyai tenaga delapan orang menjadi tim yang lebih besar dengan adanya bagian customer service, finance, HRD, dan lainnya. Hal tersebut menjadi tantangan tersendiri bagi Ferry yang mempunyai latar belakang manajemen bisnis yang terbatas.

 

 

5. Natali Ardianto – Tiket.com

natali pengusaha muda sukses pendiri

Natali Ardianto adalah pendiri startup Indonesia yang sukses di industri online travel agent. Dia merupakan salah satu pendiri situs booking pesawat, hotel, kereta api, dan event yang terkenal dengan nama Tiket.com. yang didirikan pada Agustus 2011.

Sebelum mendirikan Tiket.com, satu tahun setelah lulus dari Fakultas Teknologi Informasi Universitas Indonesia Natali terlibat dalam pendirian dan pengembangan Urbanesia.com dengan beberapa rekannya yakni software engineer Andri Burman, web developer Deche Pangestu, dan brand strategist Selina Limman mendirikan Urbanesia.com.

Natali hanya bertahan 2 tahun di Urbanesia dan keluar pada tahun 2010 karena menganggap potensi Urbanesia untuk berkembang lebih luas tidak besar. Setelah keluar dari Urbanesia, Natali kemudian mencoba mendirikan Golfnesia pada bulan Juni 2010 dengan Kevin Sanjoto dan Yanuar Lutfi. Ide tersebut juga tidak berjalan dengan baik, Natali menganggap Indonesia bukan pasar yang tepat untuk situs booking lapangan golf.

Walaupun mengalami kemunduran, Natali Ardianto memang berjiwa wirausahawan sejati. Tidak lama kemudian dia bermitra dengan beberapa rekannya yaitu Wenas Agusetiawan, Dimas Surya Yaputra, dan Mikhael Gaery Undarsa dan memulai Tiket.com pada Agustus 2011.

Kali ini ide tersebut direspon dengan baik oleh pasar. Tiket.com terus tumbuh dari tahun ke tahun dengan tingkat pertumbuhan yang tinggi. Tiket.com kemudian menjadi salah satu pemimpin pasar dalam industri online travel agent di Indonesia.

Sampai akhirnya, Blibli.com yang berada dibawah Grup Djarum melihat potensi besar Tiket.com untuk bisa bersaing dalam industri online travel agent dan mengakuisisi 100% Tiket.com dengan nilai yang tidak disebutkan.

 

6. Iman Usman – Ruangguru

Iman merupakan sosok anak muda salah satu pendiri startup edukasi atau dapat disebut sebagai Edtech. Iman dan Adamas Belva Devera mendirikan RuangGuru setelah terinspirasi dari persiapan tes pendidikan lanjutan mereka ke Amerika.

Untuk mempersiapkan tes yang akan mereka hadapi, mereka mencoba mencari guru privat secara online. Dari pengalaman mereka, mereka mengetahui bahwa sulit untuk mencari guru privat yang sesuai dengan kebutuhan mereka karena informasi yang ada tidak beraturan.

Selain itu, mereka mengamati bahwa hanya sedikit tempat bimbingan belajar yang terdaftar di Indonesia, dan dari tiga tempat bimbel ternama di Indonesia hanya memiliki sekitar 200.000 hingga 300.000 siswa.

Sedangkan secara keseluruhan ada 60 juta pelajar di Indonesia. Dari fakta-fakta dan pengamatan tersebut Iman melihat bahwa ada pasar yang potensial dan industri yang membutuhkan distrupsi teknologi baru.

Iman dapat dikatakan sebagia anak yang cukup spesial. Iman mulai menulis blog sejak masih duduk di bangku SD. Pada usia 10 tahun, Iman mendirikan organisasi nirlaba pertamanya. Kemudian saat Iman naik ke jenjang SMP, Iman telah memulai bisnis online pertamanya.

Setelah lulus dari pendidikan di jurusan Ilmu Hubungan Internasional FISIP di Universitas Indonesia, Iman Usman melanjutkan pendidikan magister di Columbia University dan meraih IPK tinggi, yaitu 3,99.

Selesai dari program magister tersebut Iman Usman mendirikan Ruangguru.com bersama dengan sahabatnya, Adamas Belva Devera untuk membantu meningkatkan pendidikan di Indonesia.

Saat ini, platform penyedia layanan jasa dan konten pendidikan berbasis teknologi ini sudah memiliki 4 juta pengguna aplikasi dan situs web dan 3,8 juta pengguna lewat kemitraan Line Academy

Dengan pertumbuhan pesat Ruangguru tersebut UOB Venture Management telah memberikan pendanaan dengan nilai yang tidak disebutkan pada tahun 2017. Menurut Dealstreet Asia, investasi yang diterima Ruangguru tersebut bisa mencapai US$7 juta (sekitar Rp93 miliar).

Selain itu, Iman juga meraih berbagai prestasi mulai pencapaian akademis dan aktivitas organisasi. Iman adalah peraih nilai UN IPS tertinggi di Padang, Pemimpin Muda Indonesia 2008, Duta Muda ASEAN 2011, penerima nominasi Kick Andy Heroes 2011, Mahasiswa Berpretasi Utama Tingkat Nasional 2012, sampai UNICEF Young Innovator to Watch 2015, hanya sejumlah kecil predikat serta penghargaan yang diterima Iman. Di tahun 2009 Iman juga turut menggagas Indonesian Future Leader, organisasi pemuda non-profit yang bertujuan untuk memberdayakan anak muda Indonesia untuk program-program pengembangan masyarakat.

Berkat resume hidupnya yang luar biasa ini, Iman selalu berhasil mendapatkan beasiswa di hampir semua jenjang pendidikannya. Dari pertukaran pelajar AFS ke Jepang semasa SMA sampai jadi penerima Riady Scholar di tahun 2013 untuk menyelesaikan gelar master-nya di salah satu universitas paling bergengsi di dunia, Columbia University di New York.

 

7. Gibran Hufauziah- eFishery

Gibran Hufauziah bukan berasal dari keluarga yang kaya. Saat menempuh kuliah di tahun kedua keluarganya mengalami kesulitan keuangan.

Gibran yang waktu itu masih berumur 19 tahun harus berhadapan dengan masalah keuangan di keluarganya. “Saat itu, orangtua hanya sanggup membiayai kuliah, tak bisa mengirimkan uang untuk hidup sehari-hari di Bandung,” kenang anak pertama dari tiga bersaudara ini.

Tidak ingin merepotkan keluarganya, Gibran  memutuskan untuk mandiri. Gibran mengambil pekerjaan apa saja yang menghasilkan uang, mulai mengerjakan soal tutorial online dari luar negeri, ikut berbagai kompetisi, hingga memasok sayuran ke sejumlah resto di Bandung.

Siapa sangka jika kemudian semangat Gibran menjalani berbagai pekerjaan tersebut memberikan pengalaman yang membuatnya jeli dalam melihat peluang bisnis.

Tidak hanya itu, Gibran banyak menjalin relasi dan belajar dari para pengusaha agrikultur dari kuliah praktik lapangan di jurusan Biologi ITB yang dia jalani yang juga mengasah insting bisnisnya.

Pada suatu hari dosennya menantang Gibran untuk memulai bisnis budidaya lele dengan alasan ikan lele dan patin akan populer dan meledak seperti di negara lain.

Dengan modal tabungan dari pekerjaan serabutan yang dia jalankan, Gibran kemudian menyewa kolam ukuran 5 m x 10 m, seharga Rp 400.000 per tahun dan memulai bisnis budidaya lele secara autodidak.

Tidak lama Gibran mendapatkan hasil panen pertamanya. Namun, sayang hasil panen tersebut dibawah harapannya karena untungnya yang tipis. Penyebabnya, biaya pakan yang besar dan harga jual ke tengkulak yang rendah.

Karena itu Gibran memutar otak untuk mencari cara agar keuntungannya menjadi lebih besar. Tidak lama kemudian Gibran memutuskan untuk mengolah lelenya menjadi makanan jadi.

Gibran pun meminjam dapur di rumah kos teman dan mencoba-coba berbagai resep nugget, katsu dan abon dari daging lele. Hasilnya dia tes pasar dengan menitipkannya ke kantin kampus.

Setelah mendapatkan rasa yang pas, Gibran menyewa tempat sendiri dan menjual makanan olahan tersebut. Dengan strategi tersebut bisnisnya berkembang dengan cepat. Dalam waktu kurang dari setahun dia dapat membuka tiga cabang gerai olahan lelenya.

Selama itu Gibran juga kerap membangun jaringan sesama pengusaha perikanan dan dia menyadari bahwa salah satu permasalah budidaya ikan yang utama adalah pemberian pakan yang tidak efektif.

Padahal pakan merupakan biaya terbesar dalam budidaya lele, dimana biayanya dapat mencapai 80%. Gibran melihat bahwa pemberian pakan secara manual tidaklah efektif, terlalu banyak yang terbuang dan tidak dimakan oleh lele.

Masalah itulah yang mendorong Gibran mendirikan startup teknologi pemberian pakan budidaya ikan yang kemudian dinamakan eFishery.

]Untuk membiayai startup barunya, Gibran memutuskan untuk menjual usaha kuliner dan fokus menciptakan perangkat pemberi pakan yang dapat meningkatkan efisiensi tersebut.

Selain itu, Gibran juga mengikuti kompetisi Mandiri Young Technopreneur dan memenangkan kompetisi tersebut untuk mendapatkan kucuran dana. Dana tersebut digunakan untuk mengembangkan perangkatnya tersebut.

Perangkat ini menawarkan efisiensi dalam pemberian pakan. Keuntungan lain yang ditawarkan alat ini adalah peternak bisa mengendalikan stok pakan dari jarak jauh, e-fishery juga punya sensor untuk mengukur nafsu makan ikan. Reduksi biaya pakan bisa mencapai 20 persen. Hasil lain, air kolam tak cepat keruh, sehingga perkembangan ikan lebih optimal.

Baca JugaPengusaha Indonesia Yang Sukses Berbisnis Dari Nol

Sponsored

4 KOMENTAR

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini