Home Inspirasi Bisnis 7 Kisah Sukses Mahasiswa Jadi Pengusaha Yang Inspiratif

7 Kisah Sukses Mahasiswa Jadi Pengusaha Yang Inspiratif

0
7 kisah sukses mahasiswa jadi pengusaha

Mahasiswa jadi pengusaha sukses? Bagi kebanyakan orang mahasiswa identik dengan belajar, berorganisasi dan bergaul, tapi siapa sangka tidak sedikit mereka yang merintis karir sebagai pengusaha dari mahasiswa. Bagi seorang calon pengusaha kisah sukses mahasiswa jadi pengusaha merupakan bukti bahwa untuk menjadi pengusaha sukses tidak perlu membutuhkan modal besar, koneksi yang melimpah, yang diperlukan adalah kerja keras dan tekad yang kuat.

Perlu diakui bahwa untuk menjadi pengusaha yang sukses disaat kuliah tidaklah mudah, karena mahasiswa mempunyai keterbatasan modal, koneksi dan juga pengalaman. Oleh karena itu kisah sukses mereka dapat dipelajari dan memberikan inspirasi. Untuk memberikan inspirasi bagi kamu berikut 7 kisah sukses mahasiswa jadi pengusaha yang inspiratif:

1. Elang Gumilang

elang gumilang, pengusaha muslim yang sukses di Indonesia
elang gumilang, pengusaha muslim yang sukses di Indonesia | image credit : the-mni.com

Elang Gumilang terkenal sebagai pengusaha properti yang sukses beromzet sebesar Rp55-56 triliun. Elang juga merupakan pengusaha berprestasi yang sudah meraih berbagai bergengsi penghargaan.

Bos dari Elang Group ini sudah memulai mempunyai jiwa bisnis sejak masih di sekolah. Elang saat SMA kelas 3 sudah punya target untuk menghasilkan Rp 10 juta untuk membiayai sendiri kuliahnya.

Guna mencapai target itu, Elang berjualan donat dari sekolah ke sekolah. Dari usaha kecilnya Elang mendapat untung yang lumayan sebelum terpaksa berhenti berjualan karena orang tuanya khawatir dengan ujian nasional yang sudah semakin dekat.

Setamat SMA, Elang melanjutkan kuliah di Fakultas Ekonomi IPB. Dimasa kuliah, semangat Elang untuk berwirausaha bangkit lagi. Dengan modal uang Rp 1 juta, Elang memulai bisnis sepatu, dari bisnis sepatu dia bisa mendapatkan untung 3 juta.

Kemudian dari bisnis sepatu Elang beralih ke bisnis suplai lampu neon ke kampusnya. Bermodalkan kepercayaan diri dan keahlian negosiasinya Elang berhasil melobi perusahaan lampu terkenal Philips untuk bekerjsama dalam pengadaan lampu IPB. “Alhamdulillah untuk setiap pengadaan saya untung sekitar 15 juta rupiah,” ucap Elang dengan bangga.

Meskipun untung bisnis lampu cukup besar, perputarannya uangnya tergolong lambat.  Elang  kemudian menjajal minyak goreng yang perputaran uangnya relatif lebih cepat. Namun, tidak disangka bisnis minyak goreng menghabiskan waktu dan tenaga yang banyak sehingga mengganggu waktu kuliah Elang, sehingga Elang terpaksa berhenti berbisnis minyak goreng.

Elang kemudian mendapatkan ide untuk memulai bisnis lembaga kursus bahasa Inggris di kampusnya, setelah berdiskusi dengan dosen di kampusnya. Keputusan Elang untuk menggunakan pengajar langsung dari luar negeri membawa kepercayaan dari kampusnya untuk menjadi mitra. Karena bisnis kursus bahasa Inggris tidak terlalu menguras waktu dan tenaga, Elang kemudian memanfaatkan waktunya untuk menjadi marketing perumahan.

Dari kesuksesan bisnis-bisnis sebelumnya tersebut, Elang sudah hidup berkecukupan sebelum menjajal bisnis properti.  Elang sudah memiliki rumah dan mobil sendiri saat masih kuliah semester 6. Tetapi kesuksesan tersebut tetap membawa rasa gamang bagi Elang merasa gamang karena merasa tidak mempunyai tujuan yang jelas.

Elang kemudian menemukan tujuannya dari masalah masih banyaknya masyarakat berpenghasilan rendah yang tidak punya rumah. Untuk memecahkan masalah tersebut Elang terjun ke bisnis properti yang fokus kepada masyarakat berpenghasilan rendah seperti pedagang, buruh, dan masyarakat yang tidak mempunyai akses perbankan.

Elang kemudian segera memulai proyek hunian pertamanya untuk masyarakat berpenghasilan rendah atau tidak mempunyai akses perbankan perbankan dari modal sendiri plus pinjaman dari kerabat, teman dan dosen sebesar Rp. 340 juta.

Elang menjual rumah proyek pertamanya tersebut dengan harga yang sangat terjangkau, mulai dari Rp 22 juta-Rp 40 juta per unit. Tidak hanya relatif murah, Elang juga menambah kemudahan bagi masyarakat kecil dengan skema cicilan ringan.

Kisah sukses penjualan Gemilang Property Griya Salak Endah I menyisakan kisah serupa pada sejumlah portofolio berikutnya. Hingga enam tahun usia bisnisnya di sektor properti, Elang telah mengembangkan ribuan rumah dan lebih dari empat belas perumahan.

 

2. Gibran Hufauziah

Gibran Hufauziah tidak hanya contoh kisah sukses mahasiswa menjadi pengusaha, dia juga merupakan salah satu pendiri startup Indonesia yang sukses dan menginspirasi.

Anak pertama dari tiga bersaudara ini sudah belajar mandiri sejak usia 19 tahun karena masalah keuangan dikeluarganya. Giran yang saat itu berkualiah di jurusan Biologi ITB  harus bekerja apa saja untuk menghasilkan uang. Dia pernah mengerjakan soal tutorial online dari luar negeri, memasok sayuran ke sejumlah resto di Bandung hingga ikut berbagai kompetisi berhadiah.

Semangat Gibran dalam melakukan berbagai pekerjaan tersebut rupanya memberikan pengalaman yang mengasahnya dalam melihat peluang usaha. Selain itu, Gibran rajin menjalin relasi serta belajar dari pengusaha agrikultur saat kuliah praktik lapangan.

Pada suatu saat dosennya menantang Gibran untuk menjajal bisnis budidaya lele dengan alasan menurut dosennya ikan lele dan patin akan populer dan meledak seperti di negara lain sebagai sumber protein yang murah dan berkualitas.

Tertarik dengan tantangan tersebut, bermodal tabungan dari pekerjaan yang dia jalankan, Gibran menyewa kolam ukuran 5 m x 10 m, seharga Rp 400 ribu per tahun dan belajar bisnis budidaya lele secara autodidak.

Tidak lama berselang Gibran meraih panen pertamanya. Namun, hasil panen tersebut masih dibawah harapannya karena margin keuntunggannya yang tipis. Hal tersebut karena perpaduan harga jual lele ke tengkulak yang rendah serta biaya pakan yang cukup besar.

Tidak menyerah dengan masalah tersebut Gibran mencari cara agar keuntungannya meningkat. Jalan keluar yang dipilihnya saat itu adalah mengolah lelenya menjadi makanan jadi. Gibran kemudian meminjam dapur di rumah kos teman dan mencoba mengolah lele menjadi makanan jadi seperti nugget, katsu dan abon. Kemudian dari percobaan tersebut dia melakukan tes pasar ke kantin kampus melalui skema titipan.

Setelah mendapatkan hasil tes pasar yang memuaskan, Gibran kemudian menyewa tempat dan menjual makanan jadi dari daging lele tersebut. Strategi tersebut berhasil dan bisnisnya berkembang dengan pesat. Hanya dalam waktu setahun kurang Gibran berhasil membuka tiga toko makanan olahan lelenya.

Selama masa-masa tersebut Gibran tetap kerap membangun relasi dengan sesama pengusaha perikanan. Dari diskusi yang sering dia lakukan Gibran menyadari bahwa salah satu masalah utama budidaya ikan adalah biaya pakan yang besar dan tidak efektif.

Hal tersebut karena pakan merupakan komponen biaya terbesar dalam budidaya lele. Gibran melihat bahwa masalahnya adalah pemberian pakan secara manual yang efektif, terlalu banyak pakan yang terbuang karena tidak dimakan.

Sebagai solusinya Gibran kemudian merintis startup teknologi pemberian pakan budidaya ikan otomatis yang kemudian dinamakan eFishery. Untuk memodali startup barunya, Gibran kemudian menjual bisnis kuliner lelenya dan fokus ke eFishery.

Untuk menambah modal, Gibran mengikuti kompetisi Mandiri Young Technopreneur. Berkat inovasi dan konsepnya yang matang eFishery memenangkan kompetisi tersebut untuk mendapatkan kucuran dana. Kucuran dana tersebut kemudian digunakan oleh Gibran untuk mengembangkan bisnisnya.

Saat ini eFishery telah berkembang menjadi salah satu startup yang cukup sukses di Indonesia dengan kucuran dana seri A sebesar US$4 juta (sekitar Rp59 miliar) dari lembaga pendanaan internasional dan nasional. Selain itu eFishery juga telah melengkapi lebih dari 11.000 kolam dari 600 petambak baik ikan maupun udang dan diharapkan ada 1.000 petambak baru di tahun 2019.

 

3. Kaesang Pangrangep

kaesang pangarep, kisah sukses mahasiswa jadi pengusahaisah

Pria kelahiran Solo, 25 Desember 1994 yang akrab dipanggil Kaesang ini terkenal sebagai anak bungsu dari pasangan presiden Indonesia ke 7 Joko Widodo dan Iriana. Namun Kaesang tidak hanya sekedar anak presiden, di usianya yang terbilang muda dia sudah mempunyai beragam bisnis yang cukup sukses.

Kisah Kaesang memulai bisnis dimulai sejak masa-masanya kuliah. Kaesang menuturkan bahwa dia masih kuliah semester enam jurusan Marketing di Singapura, saat memulai bisnis untuk membayar kuliah. Kaesang menceritakan bahwa dia pernah gagal berbisnis clothing line karena tidak mempunyai konsep dan perencanaan yang matang.

Tidak kapok berbisnis, dengan bermodal uang komisi dari Youtube sebagai Youtuber yang cukup populer Kaesang kemudian memulai bisnis lainnya. “Sang Pisang” adalah salah satu bisnisnya yang berkembang pesat. Sang Pisang yang menjual berbagai jenis “pisang nugget” saat ini telah mempunyai 78 gerai yang tersebar di seluruh Indonesia.  Selain itu Kaesang juga mempunyai bisnis kopi Cold Brew dengan brand “Ternakopi”. Ternakopi saat ini telah mempunyai 12 gerai dan berambisi membuka 10.000 cabang di seluruh Indonesia.

 

4. Hamzah Izzulhaq

hamzah izzulhaq, kisah sukses mahasiswa jadi pengusaha

Hamzah Izzulhaq merupakan salah satu contoh kisah sukses mahasiswa jadi pengusaha yang inspiratif. Bagaimana tidak, Hamzah yang lahir pada 26 April 1993 sudah mempunyai perusahaan sofa bedberomzet ratusan juta per bulan dan beberapa lokasi bimbingan belajar.

Hamzah Izzulhaq merintis usahanya sejak SMA. Saat itu usaha pertamanya yang dijalaninya adalah menjadi distributor buku pelajaran. Hamzah menawarkan buku-buku pelajaran kepada teman-teman sekolahnya dengan memberikan diskon 10%, dari bisnis ini dia meraup keuntungan Rp 950 ribu selama enam bulan.

Setelah itu Hamzah sempat menjajal usaha jual pulsa dan pembuatan pin yang berujung gulung tikar karena keuntungannya yang tidak seberapa dan terpaksa menanggung rugi karena pelanggannya tidak membayar. Meskipun gagal Hamzah tidak kapok dan mencoba lagi usaha snack dan roti yang membuahkan hasil cukup lumayan.

Sebagai pengusaha yang aktif Hamzah mengikuti komunitas bisnis pelajar, disinilah Hamzah ditawari bisnis waralaba bimbel Bintang Solusi Mandiri. Setelah membaca prospektus dan laporan keuangan waralaba bimbel tersebut Hamzah pun membuka bimbelnya sendiri dengan modal Rp. 75 juta, setelah menegosiasikan kekurangan biaya waralaba secara mencicil. Modal tersebut terdiri dari Rp. 70 juta pinjaman dari ayahnya dan Rp. 5 juta dari tabungannya.

Rupanya usaha bimbelnya cukup sukses dan Hamzah meraih keuntungan yang lumayan. Dari keuntungan tersebut Hamzah melihat potensi bisnis bimbel dan membuka 5 lokasi bimbel lainnya. Dari usaha bimbel tersebut Hamzah dapat meraih omzet Rp. 360 juta setiap semester.

Hamzah tidak puas dengan usaha bimbelnya dan mencoba bisnis pembuatan sofa bed setelah membeli usaha yang baru berjalan 3 bulan tersebut di tahun 2011 dan menggunakan nama Picanto sebagai merek sofa bednya. Bisnis sofa bednya tersebut juga cukup memuaskan dengan omzet Rp. 160 juta perbulan.

 

5. Yukka Harlanda dan Putera Dwi Kurnia

Yukka Harlanda salah satu pendiri Brodo Footwear

Yukka Harlanda dan Putera Dwi Kurnia adalah contoh lain kisah sukses mahasiswa jadi pengusaha yang inspiratif. Duo pengusaha ini merupakan pendiri Brodo Foowear atau Brodo.

Lahirnya Brodo sendiri bermula dari kesulitan Yukka untuk menemukan sepatu yang sesuai dengan ukuran kakinya yang besar dan dengan harga yang pas untuk kantong mahasiswanya. Karena kesulitan tersebut Yukka dan Uta pun memutuskan untuk membuat sepatu mereka sendiri dari vendor sepatu di Bandung.

Setelah mendapatkan vendor yang dapat mengerjakan pesanan Yukka, mereka memamerkan hasilnya kepada teman-temannya. Tidak disangka rupanya cukup banyak temannya yang kemudian tertarik dengan sepatu tersebut  dan berminat untuk membeli dengan sistem pre-order.

Melihat adanya peluang bisnis dari hal tersebut, Yukka dan Uta berpatungan untuk modal produksi pertama mereka. Dengan modal 7 juta dari Yukka sebesar Rp 3,5 juta dan Uta sebesar Rp 3,5 mereka dapat membuat produksi pertama sebanyak 40 pasang sepatu. Selain dipasarkan melalui jaringan pertemanan dan kenalan mereka, Brodo dipasarkan dengan memanfaatkan kaskus serta Facebook Page dan BBM.

Strategi mereka untuk fokus kepada pemasaran melalui online rupanya berbuah manis, Brodo kemudian mulai dikenal sebagai merek sepatu pria lokal yang berkualitas. Saat ini Brodo tidak hanya memasarkan sepatunya melalui media online, mereka juga sudah membuka beberapa Brodo store yang ada di Jakarta, Bandung, Bekasi dan Surabaya dengan omzet milyaran rupiah perbulan yang juga memberdayakan para pengrajin lokal.

 

6. Muhammad Khairul Apriatama

muhammad khairul pratama, kisah sukses mahasiswa jadi pengusaha

Muhammad Kahirul Pratama atau yang akrab di panggil Tama ini memiliki empat usaha sudah memiliki 4 usaha yang cukup sukses sebagai seorang mahasiswa tingkat akhir di Sekolah Tinggi Pembangunan Masyarakat Desa (STPMD) Jogjakarta.

Tama merintis bisnis fashion dan kuliner yang cukup terkenal di Jogja. Bisnis fashionnya dirintis pada tahun 2015 bersama saudaranya, dengan modal uang tabungan. Bisnis fashionnya menjual baju batik dan wanita dengan merek Arka Batik Jogja dan MIB Fashion.

Meskipun dirintis sebagai usaha kecil-kecilan, bisnis fashionnya tersebut dapat berkembang berkat kegigihan dan keuletan tama dalam berbisnis. Tidak puas dengan satu bisnis, Tama menjajal bisnis kuliner pada tahun 2018. Saat ini Tama sudah memiliki dua bisnis kuliner yaitu Ceritanya Gule dan Ceritanya Katsu. Kedua bisnis kuliner yang dirintis Tama tersebut memang masih hanya ada di Jogja.

Tama memberikan tips bagi calon pengusaha muda lainnya yang ingin memulai berbisnis, “Kalau buat mahasiswa yang mau mulai bisnis, jangan berekspektasi terlalu tinggi. Nikmati saja prosesnya karena naik turun itu wajar. Yang penting tetap yakin dan jangan putus asa serta terus berinovasi. Apalagi bisnis yang di mulai dari nol, harus kuat mental,” ungkap Tama.

 

7. Carline Darjanto dan Ria Sarwono

carline darjanto pengusaha muda pendiri Cottonink

Carline dan Ria adalah duo pengusaha muda Indonesia yang sukses merintis usahanya sejak mahasiswi. Mereka bergerak dibidang fashion retail dengan merek Cotton Ink. Cotton Ink sendiri didirikan Carline Darjanto dan Ria Sarwono pada tahun 2008 dengan tujuan untuk menambah uang saku setelah lulus kuliah.

Mulanya, Carline dan Ria menjadikan Cotton Ink sebagai pekerjaan sampingan, namun tidak disangka permintaan terus tumbuh sehingga Carline dan Ria memberanikan diri untuk fokus mengembangkan Cotton Ink.

Cotton Ink mendapatkan momentum setelah menjual kaus dengan bergambar Barack Obama di tahun 2008 yang sedang populer saat itu. Dari kesuksesan kaus sablon bergambar Obama, mereka itu menambah beberapa penawaran produk pakaian wanita mulai dari  legging, baju, rok, pakaian siap pakai, aksesori dan syal.

Sedikit demi sedikit Cotton Ink menjadi semakin dikenal oleh pasar dan terus mengeluarkan produk-produk baru. Salah satu produk yang menjadi daya pikat utamanya adalah syal multigaya dengan bahan tubular yang jarang dipakai di Indonesia.

Dari sebuah usaha sampingan Cotton Ink telah menjadi salah satu merek fashion lokal yang terkenal dengan kapasitas produksi Cotton Ink lebih dari 10.000 unit per bulan. Tidak hanya itu mereka menjalin kerjasama dengan tujuh penjahit di Jakarta dan Bandung. Cotton Ink dengan jaringan penjualannya dapat meraih omzet yang mencapai ratusan juta rupiah per bulan.

Berkat kesuksesan tersebut pada tahun 2016, Carline Darjanto dinobatkan menjadi salah satu sosok sukses di bidang Retail & Ecommerce Asia dengan masuknya dia kedalam daftar Forbes Asia 30 Under 30.

NO COMMENTS

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Exit mobile version