Terdapat anggapan bahwa sedikit pengusaha muslim yang sukses di Indonesia. Pandangan tersebut tidak benar, terlepas dari dominasi pengusaha non muslim di jajaran 50 orang terkaya di Indonesia. Pengusaha muslim yang sukses di Indonesia juga tidak sedikit, bahkan salah satu dari sosok pendiri startup paling sukses dan inspiratif di Indonesia adalah seorang muslim.
Berikut ini daftar 7 pengusaha muslim yang sukses di Indonesia yang dapat memberikan inspirasi untuk kamu menjadi salah satu pengusaha muslim yang sukses.
Pengusaha Muslim Yang Sukses Di Indonesia
7Garibaldi “Boy” Thohir – Adaro
Dikenal sebagai bos dari Grup Adaro, salah satu perusahaan batubara terbesar di Indonesia, Garibaldi Thohir atau akrab dikenal sebagai Boy Thohir merupakan salah satu pengusaha muslim yang sukses di Indonesia.
Boy Thohir merupakan Presiden Direktur dan pemegang saham PT Adaro Energy Tbk. Dimana pada tahun 2017, lelaki berusia 53 tahun tersebut menempati posisi orang kaya ke-23 di Indonesia dalam daftar 50 Richest Indonesian Forbes dengan kekayaan mencapai USD 1.4 miliar.
Boy berasal dari keluarga yang kaya, ayahnya Muhammad Teddy Thohir merupakan salah satu mitra pendiri Astra Internasional. Walaupun berasal dari keluarga kaya, Boy tidak meraih kesuksesan secara instan. Beberapa bisnis yang dirintis Boy pernah mengalami kegagalan.
Boy mempunyai motivasi untuk menjadi pengusaha setelah ditantang oleh ayahnya untuk tidak menjadi karyawan sepulang kuliah Master dari Amerika.
Gagal Dalam Bisnis Properti
Pertama kalinya Boy tertarik untuk berbisnis properti pada tahun 1991. Mendengar informasi rencana pembangunan jalan Kuningan Saharjo, Boy bermaksud untuk membangun gedung untuk kemudian disewakan.
Namun sayangnya rencana tersebut kemudian gagal karena Boy hanya sanggup membebaskan lahan seluas 3 ha, sedangkan dia diminta untuk membebaskan lahan seluas 20 ha.
Walaupun gagal menjadi pengusaha properti, Boy mempelajari banyak hal dari pengalamannya dalam membebaskan lahan. Dia mempelajari pengalaman terjun langsung kemasyarakat dan bernegosiasi dengan ulet.
Mencoba Bisnis Batubara
Boy terjun di bisnis batubara tidak lama setelah memulai bisnis properti. Secara paralel dengan kegiatannya sebagai pembebas lahan tersebut, Boy mendapatkan proposal kerjasama pengusahaan tambang batubara di Sawahlunto pada tahun 1992.
Saat itu Boy memiliki pengalaman nol di bidang pertambangan batubara, bahkan dia tidak pernah melihat sendiri batubara. Walaupun begitu Boy memiliki keyakinan bahwa batubara mempunyai prospek yang baik sebagai alternatif bahan bakar minyak.
Boy kemudian ikut dalam kerjasama pengusahaan batubara melalui PT Allide Indocoal. Di perusahaan itu Boy hanya memiliki saham 20%. Namun karena komoditas batu bara masih belum booming, perusahaannya tidak berkembang.
Tidak lama kemudian partner bisnisnya yang mayoritas terpaksa keluar dari Indonesia karena krisis moneter tahun 1998. Boy kemudian harus melanjutkan bisnis tersebut dan menghadapi masalah sengketa tanah dengan masyarakat serta melunasi utang perusahaan yang mencapai US$ 13 juta.
Membangun Bisnis Pembiayaan
Boy Thohir di 1997, memulai bisnis multifinansial atau kredit pembiayaan motor. Ia mendirikan PT WOM Finance dengan modal Rp 5 miliar dan pinjaman perbankan Rp 50 miliar. Boy tetap membangun perusahaan tersebut dengan kerja keras dan integritas meski ia harus kembali menelan pil pahit tertimpa krisis moneter di 1998.
Saat itu, diakui Boy Thohir, kredit macet membengkak. Perusahaan nyaris bangkrut. “Saat krisis, perusahaan saya hampir bangkrut. Apa kata orang tua saya, apa kata dunia kalau sampai bangkrut, padahal sudah dikasih modal. Karena tantangan anak pengusaha berbeda dengan yang betul-betul membangun usaha tanpa ada garis keturunan pengusaha,” jelasnya.
Krisis moneter menyebabkan banyak kredit macet, sehingga kredit motor nasabahnya pun tak terbayar. Orang terkaya ke-42 di Indonesia versi Forbes (2015) ini akhirnya menarik kembali motor-motor nasabah yang sudah dibiayai perusahaan. Beruntung, motor-motor yang dijual kembali itu harganya tinggi seiring devaluasi kurs rupiah.
“Yang tadinya kita beri kredit untuk motor seharga Rp 4,5 juta per unit di 1998, karena devaluasi motor dijual kembali seharga Rp 12 juta. Akhirnya di 1999, uang Rp 55 miliar tidak jadi hilang, malah kekumpul lagi,” papar Boy Thohir.
Dengan strategi jitu, Boy akhirnya mampu melewati fase kritis itu. Kondisi ini didukung dengan membaiknya penjualan motor pada 2001-2003. Di 2003, Pria kelahiran Jakarta, 51 tahun silam itu sukses mengantarkan WOM Finance melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI).
Akhirnya pada sekitar tahun 2003-2004, BII tertarik untuk membeli WOM Finance dengan tawaran harga yang cukup menggiurkan sekitar US$ 150 juta.
Dari hasil penjualan tersebut Boy memberikan sebagian kepada orangtuannya dan sebagian lagi dia gunakan untuk mengambil alih Adaro dari tangan asing pada tahun 2005 yang ingin keluar dari Indonesia karena potensi perubahan regulasi akibat otonomi daerah.
Pengambilalihan Adaro
Keputusan Boy mengambilalih Adaro rupanya sangat tepat. Dengan pertumbuhan ekonomi China yang tinggi, permintaan batubara meningkat pesat untuk PLTU dan pabrik-pabrik mereka sehingga harga batubara juga menjadi tinggi.
Saat ini Adaro telah berkembang menjadi perusahaan yang besar dan menguntungkan sepanjang 2017 mengantongi pendapatan US$ 3,2 miliar dan laba bersih US$ 536,44 juta atau setara Rp 7,3 triliun.
Tidak hanya sukses di dunia, Boy Thohir juga tidak melupakan pentingnya memupuk akhirat. Sebagai baktinya kepada almarhum ayahnya Boy mendirikan Masjid At-Thohir di kawasan Podomoro Golf View, Tapos, Cimanggis, Depok, Jawa Barat. Masjid yang didirikan di lahan seluas sekitar 2.500 meter per segi tersebut bisa menampung sekitar 750 -1.000 orang jamaah.